- Back to Home »
- Pulau Jawa »
- History Green Nord 27 Surabaya
Rabu, 12 Juni 2013
Green nord’27, hanyalah sebuah nama untuk tribun di stadion. Tepatnya di tribun Utara. Dilihat dari sisi penamaan sudah sangat jelas, ‘NORD’ = North yang dalam bahasa Indonesia adalah Utara. Sedangkan ‘GREEN” dan 27 di ambil dari warna kebanggaan Persebaya dan tahun kelahiran Persebaya. Analoginya seperti di Stadion Old Trafford yang rencanaya akan memberikan nama “Sir Alex Ferguson” sebagai nama tribun Utara di stadion tersebut. Perlu diketahui juga, bahwa Green Nord’27 bukanlah nama kelompok suporter baru dan juga bukan sebuah komunitas. Green Nord’27 adalah milik kita bersama Bukan milik komunitas tertentu. Tidak ada yg mendominasi, tidak ada yg memonopoli, Tidak ada yg merasa paling heroik, paling berjasa dan merasa paling memiliki. Semua Satu Hati, Satu Sikap dan Satu Tindakan.
Green Nord 27 merupakan kepemilikan kolektif, dimiliki secara bersama
Keyakinanlah yg membuat kita semakin solid dan kuat. Di dalam tribun Green Nord’27 sendiri terdapat berbagai macam komunitas Bonek dan Bonek yang tidak berkomunitas. Mereka berkumpul disana dengan persamaan visi dan misi. Yaitu dengan total, loyal dan royal dalam memberikan dukungan kepada Persebaya. Yang tentunya tidak hanya bersorak “Hore” saat Persebaya meraih kemenangan dan berprestasi. Tetapi juga turut merasakan sedih di kalah Persebaya sedang terpuruk. Kalah tetap ku dukung, Menang ku sanjung. Tapi tidak hanya itu saja, juga tidak segan untuk memberikan kritikan kepada Persebaya. Baik itu pelatih maupun manajemen yang dianggap telah salah dalam mengambil keputusan maupun hal-hal lainnya.
Dalam perjalanannya dan dinamika yang terjadi, Green Nord’27 banyak yang beranggapan bahwa itu nama suporter baru dan komunitas baru. Bahkan banyak isu-isu yang di hembuskan untuk ditujukan pada Green Nord’27. Mulai nama, balaclava, warna baju, logo, salam dan tentunya yang paling ‘WOW’ adalah pendanaan. Tentang nama jelas telah di singgung di atas. Kemudian tentang penggunaan balaclava. Yah, Balaclavas atau topeng, Garis besarnya untuk melindungi kita dari percikan api red flare dan kepulan asap smoke bomb. Yang lain just style (Multifungsi). Kalau toh dipakai terus saat di dalam stadion tentu saja akan kesulitan mengeluarkan suara dan akan tidak terdengar jelas saat melakukan “chant’. Jadi balaclava ketika di dalam stadion lebih kepada fungsi safetynya. Untuk di luar, itu bisa di pakai semacam slayer saat mengendarai sepeda motor agar tidak terkena asap polusi dan debu hehehe......
Kemudian mengenai warna baju, ada yang mengatakan “Bonek kok ireng, Bonek iku Ijo”. Kalau menurut pendapat pribadi penulis, yang Ijo itu Persebaya bukan Boneknya. Bonek hanya mengikuti apa yang di pakai Persebaya. Sedangkan kita semua tentu mengerti, banyak juga kaos atau t-shirt yang mengatasnamakan Bonek juga berwarna hitam dan bahkan ada yang berwarna silver dan lain sebagainya. Toh, kalau penulis boleh berpendapat lagi. Penggunaan warna itu di dasari oleh selera dan minat dari tiap-tiap individu maupun komunitas. Serta ketika kita berbicara mengenai pangsa pasar, masih ingat betul ketika ada sebuah pembicaraan dengan seseorang yang menggeluti dunia fashion. “Kaos Bonek itu tidak perlu selalu warna hijau, juga perlu didesain yang semenarik mungkin jika nantinya kaos tersebut bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan tidak hanya di pakai saat mendukung Persebaya”. Jujur, itu sebuah wacana menarik. Kaos Bonek juga bisa di desain semenarik dan sesimple mungkin sehingga juga bisa digunakan untuk kongkow-kongkow di mall atau di tempat-tempat lainnya. Oke, kembali ke permasalahan Green Nord’27. Salah satu alasannya seperti yang sudah di utarakan di atas. Tapi kami juga ingin menepis anggapan yang ditujukan kepada kami bahwa kami telah merubah ‘ciri khas’ dengan cara mensosialisasikan penggunaan jersey Persebaya di saat mendukung Persebaya.
Logo, bukan berarti sebuah logo tanpa makna. Logo bisa di katakan sebagai sebuah simbolisasi identitas. Ketika berbicara logo Bonek tentu “cangkem mangap” kenapa penulis tidak mengatakan “ndas mangap” ? mudah jawabannya, yang mangap itu mulut atau kepalanya? Disitulah letak jawabannya. Logo Bonek merupakan sebuah simbolisasi identitas yang menggambarkan tentang sebuah semangat untuk memberikan dukungan kepada Persebaya. Yang kemudian logo Bonek pun juga banyak berubah dan banyak dimodifikasi dari logo aslinya. Kenapa terjadi? Tentu saja itu juga ada hubungannya dengan sebuah identitas, minat serta fashion. Langsung saja ke pembahasan logo yang sering di pakai Green Nord’27. alasannya cukup simple, yaitu sama seperti apa yang menjadi landasan alasan memakai balaclava. Itu hanya sebagai sebuah simbol dan identitas saja yang menggambarkan cara memberikan dukungan kepada Persebaya sebagai bentuk kreatifitas, dan tentunya tidak meninggalkan apa yang sudah menjadi warisan tentang logo Bonek. Semoga disini sudah jelas alasannya.
Salam, Salam yang selama ini dan sudah menjadi paten bagi Bonek adalah Salam Satu Nyali dan kemudian di jawab dengan WANI !. ketika ada yang mengatakan Green Nord’27 merubah salam tersebut adalah salah besar dan itu hanya tuduhan ngawur. Salam tetap Assalamu Alaikum (Bagi umat Islam) dan Salam sejahtera (Bagi Non-Islam) itu ketika kita bertegur sapa. Untuk Salam Satu Nyali tetap di gunakan sebagai salam yang kedua setelah salam pembuka ketika sedang ada acara seperti kopdar atau acara-acara lainnya. Sekarang kalau boleh penulis bertanya, apakah setiap Bonek tahu sejak kapan penggunaan Salam Satu Nyali tersebut? Akan sangat disayangkan ketika kita dengan tegas mengatakan “Salam e Bonek kaet biyen iku Salam Satu Nyali” Tapi tidak tahu kapan salam itu mulai dipergunakan. Penulis berani bilang seperti ini karena tahu sejak kapan salam tersebut di gunakan meskipun tidak ikut secara langsung namun mendapat sumber dan referensi yang terpercaya. Kemudian menanggapi mengenai salam yang sering muncul dan yang sering dikatakan ‘merubah’ salamnya Bonek yaitu “Salam Manis Loyalis Persebaya”. Salam itu muncul ketika adanya konflik dualisme Persebaya. yang tentunya bertujuan menunjukkan bahwa Bonek itu “Loyal” terhadap Persebaya. Selain itu salam itu juga hanya sifatnya untuk ‘Guyon’ saja. Seperti halnya adanya “Salam Assololey, Salam Dua Kursi dan lain sebagainya. Sekali lagi kami tekankan salam kami tetap Assalamu Alaikum dan Salam Sejahtera, kemudian dilanjut dengan SALAM SATU NYALI !!
Dan terakhir adalah Pendanaan. Kenapa penulis di atas mengatakan paling ‘WOW’ ? karena ini adalah hal yang paling vital dan munculnya isu-isu yang terkait tentang pendanaan tersebut. Muncul anggapan bahwa setiap kali kreatifitas dan aksi yang dilakukan oleh Green Nord’27 berasal dari sebuah ‘Dana Gelap’. Dana gelap disini yang dimaksudkan adalah adanya back-up dari salah satu Partai Politik. Cukup aneh ketika anggapan tersebut ditujukan kepada Green Nord’27, Padahal di dalam Green Nord’27 sendiri sering didengungkan menolak Politisasi dalam sepakbola. Khususnya di Persebaya dan terlebih lagi di dalam dunia suporter yang biasanya hanya akan dimanfaatkan sebagai komoditas saja oleh para elit politik. Kalau boleh tebuka mengenai dana yang selama ini dipakai untuk kreatifitas dan aksi Green Nord’27, itu semua murni dr dulur2 yang ada di tribun kami. Setiap kali kopdar, akan selalu ada memutar kardus u/ pendanaan. Itupun dengan tarikan seikhlasnya tanpa ada paksaan. Tentunya Hasil pasti diumumkan. Selain itu dana yang di dapat juga berasal dari beberapa dulur-dulur Bonek yang ikhlas memberikan sedikit bantuan untuk kreatifitas dan aksi atraksi Green Nord’27. Ambil contoh dari beberapa elemen bonek dan non-elemen yang tergabung di tribun Green Nord’27, mereka dengan sukarela dan ikhlas memberikan sedikit bantuan untuk kreatifitas. Tentu juga banyak yang tahu khususnya dulur-dulur yang mengikuti perkembangan Green Nord’27, sering melakukan penggalangan dana untuk aksi. Berapa pun di terima. Termasuk saat adanya pelelangan jersey pemain, jualan nomer cantik, stiker, kaos dan masih banyak lainnya.
Itu semua dana murni bukan dari 'parpol'. Selain itu juga berswadaya membentuk badan usaha dari penjualan T-shirt dan keuntungan 100% untuk biaya Kreatifitas. 100% murni dana yang didapat dari hasil penjualan T-shirt, Flare, Sticker, Jersey dll. Bukan dari dana gelap PARPOL. Dari kerja keras dan usaha para dulur2, Green Nord’27 pernah diundang ON AIR radio EBSFM Clear Eurovaganza di Jl.Raya Darmo. #CarFreeDay uang pembinaan 900rb untuk atraksi. Dan juga Uang pembinaan 500rb kami dapat dari hasil The Best Yel-Yel supporter Satu Nyali Cup Futsal. Dan setiap selesai atraksi pasti akan ada LPJ dari hasil dana yang di dapat tersebut. Transparan dan tidak ditutup-tutupi, karena masalah Uang adalah masalah yang sangat vital. Kami dengan tegas dan lantang mengatakan "AGAINST POLITICAL FOOTBALL". Silahkan diberikan bukti dan fakta mengenai adanya dana gelap dari parpol. Kami Ada Kami Bisa, Together We Can Because We Are Family. (KK)